Selasa, 15 Maret 2011

INTELGENSI

Intelgensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari (Santrock).
            Konsep intelejensi ini sendiri sering menimbulkan kontroversi dan debat panas, sering kali sebagai reaksi terhadap gagasan bahwa setiap orang punya kapasitas umum yang dapat diukur dan dikuantifikasi dalam angka.
            Terdapat beberapa tes intelegensi seperti Tes Binet, Skala Wechsler, dan tes intelegensi kelompok. Namun di Indonesia, kebanyakan psikolog menggunakan Skala Wechsler untuk mengukur tes intelegensi seseorang.

T  Tes Intelejensi Individual
     Tes Binet
Binet mengembangkan konsep Mental Age (MA) atau usia mental, yaitu level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (CA), dikalikan 100. Jadi rumusnya adalah, IQ = MA/CA x 100. Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ orang itu adalah 100. Jika usia mental di atas usia kronologis, maka IQnya lebih dari 100. Misalnya, anak 6 tahun dengan usia mental 8 tahun akan punya IQ 133. Jika usia mentalnya dibawah usia kronologis, maka IQ nya dibawah 100. Misalkan anak usia 6 tahun dengan usia mental 5 tahun akan punya IQ 83.

    Skala Wechsler
Tes ini mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) untuk menguji anak usia 4 sampai 6 1/2 tahun, Wechsler Intelligence Scale for Chidren-Revised (WISC-R) untuk anak dan remaja dari usia 6 hingga 16 tahun, dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Selain menunjukkan IQ keseluruhan, skala Wechsler juga menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. IQ verbal didasarkan pada 6 subskala verbal, IQ kinerja didasarkan pada 5 subskala kinerja. Ini membuat peneliti bisa melihat dengan cepat pola-pola kekuatan dan kelemahan dalam area inteligensi murid yang berbeda-beda (Woolger, 2001).


Teori Multiple Intelligences
Teori Triarkis Sternberg
Menurut teori inteligensi triarkis dari Robert J. Stenberg (1986, 200), inteligensi muncul dalam bentuk : analitis, kreatif dan praktis. Inteligensi analitis adalah kemapuan untuk menganilisis, menilai, mengevaluasi, memandingkan, dan mempertentangkan. Inteligensi kreatif adalah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menciptakan, menemukan dan mengimajinasikan. Inteligensi praktis fokus pada kemampuan untuk menggunakan, megaplikasikan, mengimplementasikan, dan mempraktikkan.

Delapan Kerangka Pikiran Gardner
Howard Gardner ( 1983, 1993, 2002) percaya bahwa ada banyak tipe inteligensi spesifik atau kerangka pikiran. Kerangka ini dideskripsikan bersama dengan contoh pekerjaan yang merefleksikan kekuatan masing-masing kerangka (Campbell, Campbell & Dicksinson, 1999) : 
  1. Keahlian verbal
  2. Keahlian matematika
  3. Keahlian spasial
  4. Keahlian tubuh-kinestetik
  5. Keahlia musik
  6. Keahlian intrapersonal
  7. Keahlian interpersonal
  8. Keahlian naturalis
9.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
a. Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
b. Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi.
c. Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang  kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi.
d. Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
e. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
f. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
g. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang individu, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang. Ada banyak aspek dalam hidup yang bisa dinilai untuk mengukur kecerdasan orang tersebut.

Daftar Pustaka :
Santrock.J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-intelegensi/



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Minggu, 13 Maret 2011

Komentar Mengenai Perkuliahan 8 Maret 2011


Teori dan Motivasi Saya
Ada yang menarik ketika saya dan teman-teman mengikuti perkuliahan ke delapan mata kuliah Psikologi Pendidikan pada tanggal 8 Maret 2011. Mengapa?
Pada pertemuan kali itu kami membahas materi Kognitif, Tujuan Instruksional, dan Motivasi. Yang lebih menarik lagi, Bu Dina mengenalkan kami tentang JOHARI WINDOWS. Saya mengernyitkan dahi karena sebelumnya saya tidak tahu dan belum pernah mendengar tentang JOHARI WINDOWS. Hingga Bu Dina menyuruh kami searching di internet akhirnya saya pun tahu.
Nah kenapa saya begitu terkesan pada pertemuan ke delapan ini adalah karena Bu Dina memberikan kesempatan pada kami dengan menyuruh setiap masing-masing kelompok mendeskripsikan sifat-sifat teman sekelompok kita tersebut lalu dievaluasi bersama teman sekelompok kita tersebut.
Saya dan teman-teman sekelompok pun melakukan hal tersebut meski awalnya kami canggung dan segan untuk menilai sifat-sifat positif dan negatif masing-masing. Namun akhirnya kami menyadari bahwa semua ini merupakan proses pembelajaran dan kami menerimanya dengan lapang dada.
Setelah kami selesai mendeskripsikan sifat-sifat dan mengevaluasinya, kami diminta untuk menentukan teori apa yang kita gunakan dalam menilai teman kita tersebut.
Ada banyak teori kognitif, namun saya memakai Teori Piaget, yaitu Asimilasi dan Akomodasi. Dimana Asimilasi itu adalah proses ketika kita mengamati sesuatu, lalu memasukkan informasi yang kita dapat dengan pengamatan tersebut ke dalam pikiran. Dengan teori ini saya memahami bahwa kita tidak boleh asal saja menilai orang tanpa mengenalnya terlebih dahulu. Begitulah yang saya lakukan pada teman sekelompok saya saya berusaha mengamati apa yang saya lihat dan memperhatikan tingkah laku mereka, setelah saya mengamati ada beberapa sifat yang baru pada mereka dan tidak saya dapatkan dari informasi sebelumnya. Lalu saya pun memasukkan informasi baru itu kedalam informasi yang sudah saya dapatkan sebelumnya.
Lalu ada proses Akomodasi, yaitu proses yang terjadi ketika menyesuaikan diri dengan informasi yang baru. Dalam hal ini, pada saat saya sudah merasa akrab dengan teman saya itu, saya lebih bisa menilai dia lebih mendalam setelah dekat dan berinteraksi dengannya. Nah karena ini pun saya mengetahui bahwa ada sifat yang sebelumnya tidak saya ketahui, kemudian saya pun mulai menyesuaikan penilaian saya dengan informasi baru yang saya dapatkan dan merubah pandangan saya.
Adapun motivasi saya melakukan penilaian ini adalah motivasi intrinsik yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Yaitu saya memiliki tujuan dalam hal ini adalah ingin mengetahui sifat-sifat teman saya dan saya juga ingin dinilai oleh teman-teman saya. Sehingga kami menjadi terbuka satu sama lain dan dapat mengintropeksi diri.
            Teori yang saya pakai adalah teori Atribusi yaitu dalam usaha memahami perilaku atau kinerjanya sendiri, orang-orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Atribusi adalah sebab-sebab yang menimbulkan hasil. Ketika seseorang berusaha untuk mengenali perilakunya sendiri, maka seseorang tersebut termotivasi untuk menemukan penyebabnya itu melakukan sesuatu.

Referensi :
Santrock.J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

SEKILAS TENTANG JOHARI WINDOWS


Johari Windows atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita. Model  Johari Windows diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi. Dalam pembahasan model ini, Joseph Luft berpendapat bahwa kita harus terus meningkatkan self-awareness kita dengan mengurangi ukuran dari Kuadran 2-area Blind kita. Kuadran 2 merupakan area rapuh yang berisikan apa yang orang lain ketahui tentang kita, tapi tidak kita ketahui, atau lebih kita anggap tidak ada dan tidak kita pedulikan. Mengurangi are Blind kita juga berarti bahwa kita memberbesar Kuadran 1 kita-area Open, yang dapat berarti bahwa self-awareness serta hubungan interpersonal kita mungkin akan mengalami peningkatan. Model Johari Windows ini terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu OPEN, BLIND, HIDDEN, dan UNKNOWN.
 
  • Kuadran I (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. 
  • Kuadran II (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yangdiketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri.   
  •  Kuadran III (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain.  
  • Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain.
Cara kerja dari tes Johari Windows ini, dengan memberi daftar berisi 55 kata sifat kepada subyek tes. Dari 55 kata sifat tersebut, subyek tes akan diminta untuk memilih lima atau enam kata sifat yang paling mencerminkan diri mereka. Anggota *peer * dari subyek tes ini kemudian akan diberikan daftar yang sama dan diminta untuk memilih lima atau enam kata sifat yang menurut  mereka paling menggambarkan pribadi sang subyek tes. Hasil tersebut akan dicek silang dan dimasukkan dalam kuadran-kuadran yang tersedia. 
 Kelimapuluhlima kata sifat tersebut adalah: able, accepting, adaptable, bold, brave, calm, caring, cheerful, clever, complex, confident, dependable, dignified, energetic, extroverted, friendly, giving, happy, helpful, idealistic, independent, ingenious, intelligent, introverted, kind, knowledgeable, logical, loving, mature, modest, nervous, observant, organized, patient, powerful, proud, quiet, reflective, relaxed, religious, responsive, searching, self-assertive, self-conscious, sensible, sentimental, shy, silly, spontaneous, sympathetic, tense, dan trustworthy.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Selasa, 08 Maret 2011

CERPEN


SAPU LIDI BAPAK

Bapak ribut lagi. Kali ini seisi rumah kena marah. Biasanya jika Bapak marah, hanya mengomel pada ibu. Hari ini semua menjadi sasaran luapan emosi Bapak. Bahkan adik Bapak yang baru tiba dari kota lain ikut merasakannya. Hasilnya Bunda Lin, adik bapak ikut bingung. Untunglah Ibu memberikan aba-aba untuk tidak bereaksi pada Bunda Lin. Meski sempat kulihat air muka Bunda Lin berubah.
Kakak menarik tangan Bunda Lin untuk menjelaskan sikap amarah Bapak itu. Aku melihat Bunda Lin tersenyum kecut. Beliau menggeleng-geleng kepala begitu tahu apa penyebab amarah Bapak. Akhirnya aku tertawa juga melihat ekspresi wajah Bunda Lin setelah mendengar penjelasan dari kakakku dengan tawa yang tertahan. Aku khawatir kalau amarah bapak akan semakin melunjak. Seisi rumah dibuat sibuk karena Bapak. Terlebih Ibu. Ia meminta kami semua untuk ambil peduli dengan sikap marah Bapak itu.
“Mungkin Bapakmu ada kelainan?” Aku memutar arah badan tepat menghadap arah Sam.
“Maksudmu?”
“Maaf,” Sepertinya Sam membaca raut dan komentarku melalui nada tinggi yang kulemparkan padanya barusan tadi.
“Mungkin kamu perlu bicara dengan Bapak dari hati ke hati.”
Sam meralat kalimantnya. Sepertinya Ia takut aku marah jika dia berkomentar soal ini. Salahku juga mengapa harus bercerita pada Sam.
Sam berusaha mengejar langkahku. Aku berpikir keras saran dari Sam. Berbicara dengan Bapak. Rasanya itu hal yang paling sulit untuk aku lakukan. Rasanya masih mungkin untuk berbicara dengan presiden daripada Bapak. Begitu kata Kak Aya padaku. Kak Aya tentu punya alasan jelas untuk ini. Ia merasa sangat terganggu dengan sikap-sikap Bapak. Dan lagi, Bapak adalah orang yang paling sulit untuk diajak bicara.
Semuanya hanya karena sapu lidi. Entah mengapa benda itu menjadi begitu keramat di rumah ini. Bahkan Ibu sepertinya sudah terkena virus Bapak. Ibu akan memindahkan sapu lidi Bapak pada posisi yang aman. Ibu mewanti-wanti kami untuk tidak memindahkan sapu lidi itu pada tempat lain. Sapu lidi itu memiliki posisi amannya sendiri. Lemari baru di ruang keluarga menjadi rumah bagi sapu lidi Bapak. Bapak menaruh sapu lidi itu di salah satu bagian lemari baru itu. Mulanya ibu terlihat keberatan, tapi tampaknya Ibu tak ingin ribut dengan Bapak hanya karena persoalan sapu lidi semata.
“Masih banyak yang perlu dibicarakan.” Komentar Ibu akibat aku keberatan dengan sikap beliau yang sudah berlebihan menurutku.
“Sapu lidi itukan bisa diletakan di atas lemari dapur, Bu,” Alin protes. Lemari baru yang mungil itu adalah hasil jerih payahnya. Ia sudah merencanakan jauh-jauh hari untuk menghadiahkan Ibu sesuatu. Maka Ia berjuang keras untuk membelikan Ibu dengan gajinya setelah setahun menabung. Sejak Ia diterima bekerja pada perusahaan yang diimpikannya.
Sapu lidi itu terlihat jelas dari kaca lemari yang dibelikan Alin. Alin pernah memindahkannya di bagian lain lemari tepatnya di laci bawah. Bapak marah pada Alin. Ia minta Alin untuk mengembalikan sapu lidi pada tempat semula. Bapak menaruh sapu lidi tersebut di tempat itu agar Ia bisa dengan mudah melihat kalau sapu lidi itu hilang.
Alin jengkel. Asli. Ia seperti tak tahu harus bagaimana menjelaskan itu pada Bapak.
“Sudahlah Alin. Ibu mengucapkan terima kasih kamu sudah membelikan Ibu lemari ini.”
Alin hanya diam. Ia jengkel Ibu tidak membelanya ketika Ia berseberang pendapat dengan Bapak.
“Berarti lemari itu kan sudah milik ibu. Benarkan?”
Alin meremas ujung bajunya.
“Ibu tidak keberatan kok kalau Bapak meletakan sapu lidi di lemari yang kamu belikan.”
Sempurna sudah jengkel Alin. Ia seperti tak punya kuasa pada sapu lidi itu.
***
Aku kembali menceritakan soal ini pada Sam. Sam tertawa lebar.
“Sam!”
Aku tak senang dengan tawa Sam itu. Sam bukannya berhenti tertawa. Tawanya malah semakin menjadi-jadi hingga memancing tatapan aneh orang-orang yang tak jauh duduk tak jauh dari kami di kafe gedung pasca sarjana itu.
“Sam!”
Aku kembali mengingatkan dia.
Di antara sela tawanya, Sam melihatku.
“Aku punya ide.” Pesona mata Sam seperti menyakinkanku jika idenya itu jitu.
“Apa idemu?” Selidikku.
“Bagaimana jika Aku bercerita pada Bapakku.” Lugas kalimat itu keluar dari bibir Sam.
Teh botol itu keluar dalam bentuk batuk. Aku buru-buru menarik tissue di atas meja kafe itu.
“Gila, kamu!”
Aku tidak setuju dengan ide itu. Terbayang wajah ibu, jika Sam benar-benar menceritakan soal sapu lidi itu pada calon mertuaku nantinya. Juga komentar-komentar yang tak terbayang-akan Aku terima dari keluarga Sam. Mereka akan tertawa dan bahkan membatalkan rencana pernikahan yang akan diadakan dua bulan lagi. Aku tidak bisa membayangkan jika itu harus menjadi bagian nasibku. Ah tidak. Paranoidku kambuh. Itu konyol. Hanya karena sapu lidi.
Namun kutumpahkan juga tentang kekhawatiranku dengan Sam jika keluarganya ikut tahu masalah ini dan berakhir dengan seperti yang Aku pikirkan. Aku menunduk. Mengalihkan diri dari tatapan Sam. Aku menunggu reaksinya.
Sam kembali tertawa. Jengkelku berlipat. Sam seperti tak memaklumi kekhawatiranku.
“Sepele banget!” Yang mau menikah itu kan aku sama kamu.” Sahut Sam tegas.
***
Suara Bapak terdengar hingga ke garasi rumah. Kuletakan sandal pada tempatnya dan segera menyusul ke dalam. Bapak ribut lagi. Setelah sekian lama tak ada masalah yang timbul karena sapu lidi, siang ini Bapak merasa kehilangan. Sapu lidi itu tak ada di tempatnya. Tak ada satu pun yang tahu kemana sapu lidi tersebut. Juga Ibu. Bapak menginterogasi seisi rumah. Semua tak tahu menahu soal benda kesayangan Bapak itu.
Bapak meninggalkan kami. Hingga menjelang shalat ashar, Bapak belum juga pulang.
“Bapak masih di masjid.”
Ibu memberitahukan kami semuanya. Tak ada satupun yang berkomentar. Semoga amarah Bapak reda sekembali pulang dari masjid.
Rahmat, abang tertuaku, dibuat kaget dengan kabar itu. Si Abang sudah lama tidak tahu tentang cerita sapu lidi itu. Suaraku naik beberapa oktaf menceritakan betapa marahnya aku akibat sapu lidi yang sangat menganggu seisi rumah. Aku mengumpulkan tenaga untuk bercerita pada si abang. Nafasku naik turun, hampir-hampir saja aku menangis.
“Darimana sapu lidi itu?”
Aku menggeleng masih dengan dada yang begitu penuh dengan emosi yang kusimpan.
“Kamu tidak tahu darimana sapu lidi itu?”
“Tidak juga, Ibu. Kalau abang tidak percaya tanya aja sama Ibu.”
Di sudut rumah ibu saja mencoba mencari benda kesayangan bapak itu. Tumpukan koran dipindahkannya satu persatu. Ibu sepertinya ingin memastikan kalau sapu lidi ada di sana atau tidak.
Di seberang kota sana, Bang Rahmat masih setia mendengar ceritaku. Emosiku sempurna berkurang. Paling tidak aku sudah menceritakan pada si abang. Walaupun abangku itu sempat juga meledekku soal sapu lidi itu ketika aku menceritakan tentang kecemasanku karena sapu lidi itu berdampak pada hubunganku dengan Sam.
Aku memintanya untuk memastikan, kalau anaknya Bang Rahmat tidak memindahkan sapu lidi Bapak itu. Siapa tahu Kaila, keponakanku itu mengambil sapu lidi Bapak. Siapa tahu? Kemarin dulu mereka menyempatkan untuk bermalam di sini. Kalimat itu terus berulang dengan intonasi yang sama. Ya siapa tahu jawab suara di ujung telepon sana.
 Suara pesan melalui telepon genggamku membuat percakapanku dengan Bang Rahmat terputus.
Dari Sam.
Ada perkembangan baru soal sapu lidi itu?
Aku mengukir senyum di bibir. Kesal bertambah geli begitu membaca pesan dari Sam.
 Tidak ada. Tapi aku hanya ingin cerita sapu lidi segera berakhir dari rumah ini.***


Cut Rafyqa Fadhilah
101301005
Pertanyaannya : Kemanakah sapu lidinya? Dan hikmah apa saja yang bisa kita petik dari cerpen di atas? Share yah teman-teman. Ditunggu commentnya makasi semua:)



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Senin, 07 Maret 2011

Apa itu Motivasi? Pentingkah?

Apa Itu Motivasi?
“Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.” Santrock hal 510

"Motivasi adalah seni membuat orang melakukan apa yang Anda inginkan untuk mereka lakukan, karena mereka ingin melakukannya." Dwight D Eisenhower

Motivasi berasal dari bahasa Latin “movere” yang artinya to move. Jadi motivasi dapat diartikan proses yang membangkitkan, mengarahkan, mempertahankan perilaku manusia untuk mencapai beberapa tujuan. Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang memunculkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan kata lain Motivasi menurut Kartini Kartono adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.

Perspektif Tentang Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan yang berbeda pula. Berikut empat perspektif yaitu : behavioral, humanistis, kognotif, sosial.
Perspektif Behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer, dkk, 2000).
Perspektif Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka (seperti peka terhadap orang lain). Berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.
Perspektif Kognitif
Pemikiran murid akan memandu motivasi mereka, juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001). Jadi perspektif behavioris memandang motivasi murid sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif mengusulkan konsep menurut White (1959) tentang motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.
Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sifat akademik yang positif dan lebih  senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002).

Jenis-jenis Motivasi
1.      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri), motivasi yang didasarkan pada sebuah ‘nilai’ dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: Murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri. Ada 2 jenis motivasi intrinsik:
Determinasi diri
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Disini, motivasi internal dan minat intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.
Pilihan personal
Pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman optimal ini kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
2.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di mana tujuannya adalah mengontrol perilaku murid.
                                          
Pentingkah Motivasi Dalam Belajar??
Menurut saya motivasi itu penting sekali dan harus dimiliki oleh setiap murid. Motivasi merupakan salah satu dari unsur terpenting bagi seseorang dimana motivasi itulah yang akan menjadikan seseorang lebih kuat keinginan untuk mencapai sesuatu atau tidak. Orang belajar, sebagai contoh, yang memiliki motivasi kuat untuk lulus, akan lebih kuat belajarnya daripada orang yang memiliki motivasi biasa-biasa saja, apalagi tidak memiliki motivasi sama sekali.
Motivasi menjadi minat khusus untuk Pendidikan psikolog karena peranan penting dalam belajar siswa. Motivasi dalam pendidikan dapat memiliki beberapa efek pada bagaimana siswa belajar dan perilaku mereka terhadap materi subjek (Ormrod, 2003).
Jadi motivasi adalah aspek penting dari pengajaran dan pembelajaran. Murid yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar. Murid yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar. Dia akan bersemangat ketika belajar dan menuai prestasi-prestasi lainnya yang bisa ia dicapai.
Alangkah sayangnya bila seorang murid tidak memiliki motivasi, ia akan akan merasa hampa dan tentu proses belajarnya tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan prestasinya menjadi buruk. Orang tua, keluarga, teman-teman dan lingkungan juga merupakan sebuah motivasi dan mendorong mereka untuk terus belajar. Jadi sudah seharusnya antara guru dan para orangtua bekerja sama dalam memotivasi, mendukung dan mengarahkan anak-anak mereka serta mendorong mereka sehingga mereka akan terus belajar dengan senang dan ikhlas.

Referensi :
Santrock.J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://stop-dreamingstartaction.blogspot.com/2009/11/sekilas-tentang-apa-itu-motivasi.html

Cut Rafyqa Fadhilah
101301005
Semoga Bermanfaat :)


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO