Senin, 25 April 2011

Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah

Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lindungan pendidikan.
Psikologi pendidikan merupakan gabungan dari dua bidang studi yang berbeda.
Pertama adalah psikologi yang mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta hubungannya dengan manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
Kedua adalah pendidikan itu sendiri atau lebih khusus adalah sekolah. Jadi, sebagai sebuah subdisiplin ilmu sendiri dalam psikologi, psikologi pendidikan memfokuskan diri pada pemahaman proses pengajaran dan belajar yang mengambil tempat dalam lingkungan formal.
Psikologi pendidikan berminat pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Selain itu psikologi pendidikan juga mendalami sub-populasi yaitu anak-anak gifted dan yang dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi pendidikan berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Karena berkecimpung di ranah sekolah, istilah psikologi pendidikan dan psikologi sekolah sering dipertukarkan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Psikologi pendidikan mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang tua, guru dan profesional lainnya). Karena harus bekerja dengan manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis. Mereka juga harus sadar dengan teori dan riset yang muncul dari ranah tradisional psikologi seperti perkembangan (Piaget, Erikson, Kohlberg, Freud), bahasa (Vygotsky dan Chomsky), motivasi (Hull, Lewin, Maslow, McClelland), testing (intelegensi dan kepribadian) dan interpretasi tesnya.

Psikolog pendidikan juga harus mengikuti perkembangan mendadak dari area menejemen kelas dan desain instruksional, pengukuran dan penggunaan gaya dan strategi belajar, penelitian dalam metakognitif, peningkatan aplikasi pendidikan jarak jauh, dan perluasan dari pengembangan dan aplikasi teknologi untuk tujuan instruksional. Karena akan bekerja dengan pendidikan, seorang yang mempelajari materi ini perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Proses perkembangan siswa
proses ini tentu saja harus disadari oleh individu yang bekerja dalam pendidikan. Perkembangan siswa – terlebih dalam ranah cipta – dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal siswa untuk belajar, apapun halnya.
2. Cara belajar siswa
dalam hal ini berkaitan pula dengan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar.
3. Cara menghubungkan belajar dan mengajar
4. Pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar.

Metode yang digunakan dalam psikologi pendidikan adalah
1. Metode eksperimen
Dalam psikologi pendidikan, metode ini digunakan untuk menguji keabsahan dan kecermatan kesimpulan yang ditarik dari penelitian dengan menggunakan metode yang lain.
2. Metode kuisioner
3. Metode studi kasus
Digunakan untuk memperoleh gambaran rinci tentang aspek-aspek psikologi siswa atau sekelompok siswa. Studi ini biasanya diikuti oleh studi lain yang berskala lebih besar untuk mencapai generalisasi hasil tes. Mengapa demikian?  Kesimpulan hasil studi kasus dihasilkan dari penelitian terhadap sejumlah kecil subjek yang tentu saja akan sulit untuk dijadikan sampel dari sebuah populasi yang besar. Lazimnya, fenomena yang diselidiki dengan metode ini diikuti terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Bahkan, tak jarang diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun data.
4. Metode Penyelidikan Klinis
Hanya digunakan oleh ahli psikologi klinis atau psikiater pada mulanya. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, dimulai oleh Jean Piaget, metode ini digunakan dalam ranah pendidikan. Sasaran utama penggunaan metode ini adalah untuk memastikan sebab-sebab kemunculan ketidaknormalan perilaku siswa.

Psikologi Sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.
Psikologi sekolah fokus pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Psikologi sekolah juga mendalami anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi sekolah berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah.
            Psikologi sekolah juga menyediakan sekolah dengan latihan dan pembantu pelatihan baik bagi guru dan siswa. Psikologi sekolah dididik dan dilatih untuk pendidikan anak, praktek orangtua, remaja dan perkembangan anak. Psikologi sekolah dapat melakukan penilaian psikologis dan memberikan bimbingan dan konseling baik untuk anak dan keluarga anak.
Beberapa Peran Psikolog Sekolah Adalah :
1.      Membantu pendidik dalam melaksanakan kelas yang aman, kelas sehat di lingkungan sekolah
2.      Mengasuh, memberi strategi pemecahan masalah, penyalahgunaan zat, dan topik lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat
3.      Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental
4.      Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan
5.      Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa
6.      Bekerja dengan berbagai masalah emosional dan akademik mahasiswa
7.      Melayani satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat didalam lingkungan universitas.

Perbedaan Psikologi Pendidikan Dengan Psikologi Sekolah
Sekolah memainkan peran besar dalam kehidupan anak dan anak-anak harus diberikan dengan suasana yang kondusif untuk belajar.
Sekolah dan sistem pendidikan perlu memahami bagaimana anak-anak belajar dan apa yang memotivasi mereka. Guru harus membuat program dan bahan-bahan yang cocok untuk memproduksi individu yang cerdas, percaya diri dan toleransi yang pada gilirannya akan menjadi guru besok.
Psikologi Pendidikan berupaya untuk memahami aspek dasar pembelajaran manusia dan mengembangkan bahan dan strategi untuk meningkatkan proses pembelajaran. Sebagai contoh, seorang psikolog pendidikan bisa memahami belajar membaca dan kemudian mengembangkan teknik baru untuk mengajar membaca.
Psikologi Sekolah bekerja dalam sistem sekolah umum. Psikologi sekolah membantu anak-anak yang mengalami kesulitan di sekolah, mencoba untuk mendiagnosis masalah dan kadang-kadang, untuk menyarankan cara-cara menghadapi masalah. Psikologi Sekolah juga bekerja sama dengan guru untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk anak-anak dalam masalah akademis, emosional, dan perilaku. Beberapa menyediakan konseling individu dan kelompok.

Daftar Pustaka :






Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Sabtu, 23 April 2011

Bagaimana Peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah?

Bimbingan dan Konseling
Ada orang yang membutuhkan bimbingan sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang hanya membutuhkan pada masa remaja atau pada saat menghadapi masa-masa kritis. Pelayanan bimbingan diutamakan untuk anak-anak, remaja, dan orang-orang muda, serta mereka yang karena sesuatu hal tidak dapat memanfaatkan kesempatan yang tersedia untuk umum (misalnya: mereka yang cacat bawaan, atau cacat karena kecelakaan, penyakit, atau hambatan sosial-politik)
Bimbingan dibutuhkan pada saat keputusan untuk menentukan pilihan harus dilaksanakan. (1) bimbingan merupakan bantuan untuk membuat keputusan yang bijaksana mengenai pilihan. Bahkan (2) bila tidak ada pilihan pun bimbingan dapat diperlukan, ialah untuk membantu individu memahami dan menerima situasi tanpa pilihan ini. Dengan kata lain, bimbingan juga membantu seseorang agar dapat bekerja sama dengan sesuatu yang tidak dapat dihindari. (3) bimbingan juga diperlukan pada saat orang tidak sadar bahwa ia mempunyai pilihan lain. Ini adalah pelayanan pemberian informasi untuk menunjukkan berbagai pilihan yang dapat ditempuh. (4) pada saat seseorang berada dalam keadaan yang tidak optimal untuk membuat keputusan, misalnya: sedang depresi, sedang lelah, atau sedang kebingungan sehingga keputusan yang diambil kurang bijak.

Bagaimana Peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah?
Hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak. Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup. Empat peran di atas dapat efektif, jika Bimbingan dan Konseling didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah. Bimbingan konseling dengan para konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa membolos, berkelahi, pakaian tidak tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan peran demikian memungkinkan Bimbingan dan Konseling optimal dalam banyak hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, Bimbingan dan Konseling lebih mudah terjebak dalam tindakan hukum-menghukum. Bimbingan dan Konseling dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka. Tantangan pertama untuk memulai suatu proses pendampingan pribadi yang ideal justru datang dari faktor-faktor instrinsik sekolah sendiri. Kepala sekolah kurang tahu apa yang harus mereka perbuat dengan konselor atau guru-guru Bimbingan dan Konseling. Akibatnya, konselor mesti disampiri tugas-tugas mengajar keterampilan, sejarah, jaga kantin, mengurus perpustakaan, atau jika tidak demikian hitungan honor atau penggajiannya terus dipersoalkan jumlahnya. Sesama staf pengajar pun mengirikannya dengan tugas-tugas konselor yang dianggapnya penganggur terselubung. Padahal, betapa pendampingan pribadi menuntut proses administratif dalam penanganannya. Bimbingan dan Konseling yang baru dilirik sebelah mata dalam proses pendidikan tampak dari ruangan yang disediakan. Bisa dihitung dengan jari, berapa jumlah sekolah yang mampu menyediakan ruang konseling memadai. Tidak jarang dijumpai, ruang Bimbingan dan Konseling sekadar bagian dari perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang sempit di pojok dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan peran Bimbingan dan Konseling dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan perannya yang hakiki. Menaruh harapan yang lebih besar pada BK dalam pendampingan pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat kurikulum dan segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk memulai mewujudkan semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah dan semua pihak yang terlibat dalam proses kependidikan.

Daftar Pustaka :
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (L.P.S.P3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
http://qodrat.wordpress.com/2007/10/03/pentingnya-bimbingan-konseling-oleh-st-kartono-dalam-didaktika/


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Apa Itu Psikologi Sekolah?

Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.
Psikologi sekolah fokus pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional, dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Psikologi sekolah juga mendalami anak-anak dengan kebutuhan khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi sekolah berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Teoris dan peneliti lebih diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah.

Beberapa Tugas Psikolog Sekolah Adalah :
1.      Membantu pendidik dalam melaksanakan kelas yang aman, kelas sehat di lingkungan sekolah.
2.      Mengasuh, memberi strategi pemecahan masalah, penyalahgunaan zat, dan topik lainnya yang berkaitan dengan sekolah sehat.
3.      Melakukan penelitian tentang instruksi yang efektif, manajemen perilaku, program-program sekolah alternatif, dan intervensi kesehatan mental.
4.      Intervensi langsung dengan siswa dan keluarga melalui konseling individu, kelompok pendukung, dan pelatihan keterampilan.
5.      Mengkomunikasikan hasil evaluasi psikologis untuk orang tua, guru, dan lain-lain sehingga mereka dapat memahami sifat kesulitan siswa dan bagaimana untuk melayani kebutuhan siswa.
6.      Bekerja dengan berbagai masalah emosional dan akademik mahasiswa.
7.      Melayani satu atau beberapa sekolah di daerah sekolah atau bekerja untuk sebuah pusat kesehatan mental masyarakat didalam lingkungan universitas.

Pentingkah Psikologi Sekolah Ini?
Psikologi pendidikan berguna dalam penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan. Menurut saya peran psikologi sekolah ini penting sekali dalam memajukan pendidikan. Harusnya setiap sekolah-sekolah di seluruh Indonesia baik SD, SMP maupun SMA telah menerapkan psikologi sekolah ini. 

Daftar Pustaka  :
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (L.P.S.P3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia




Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Selasa, 19 April 2011

Siapakah Anak Berkebutuhan Khusus Itu?


Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam Anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki Anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Siapakah Anak Yang Menderita Ketidakmampuan Itu?
Gangguan Indra
a.   Gangguan Penglihatan. Beberapa murid mengalami problem penglihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. Tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (berupa sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik.
b.   Gangguan Pendengaran. Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan di luar kelas reguler. Pendekatan ini terdiri dari dua kategor pendekatan pendidikan  dalam membantu anak yang mempunyai masalah pendengaran, yaitu: pendekatan oral, dengan menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading, dan lainnya; pendekatan manual adlah pendekatan dengan bahasa isyarat dan pengejaan jari (finger spelling).

Gangguan Fisik
a.   Gangguan Ortopedik, biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurrang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh problem prenatal, maupun perinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit maupun kecelakaan saat anak-anak. Dengan bantuan alat adaptif dan teknoloogi pengobatan, anak dengan gangguan ini bisa berfungsi noromal dikelas (Boyles & Contadino, 1997).
b.   Cerebral Palsy, gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umunya adalah kekurangan oksigen saat kelahiran. Komputer bisa membantu proses belajar anak yang terkena gangguan ini (Keyboard, dan pena dengan cahaya sebagi pointer). Synthesizer suara dan ucapan, papan komunikasii, serta peralatan talking notes dan page turners dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi.
c.   Gangguan Kejang-kejang. Epilepsi merupakan jenis gangguan lyang paling sering ditemukan, dimana gangguan syaraf yang ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor (kejang-kejang). Disekolah guru harus lebih memberi perhatian kepada murid-muridnya. Seorang anak yang banyak melamun bisa jadi merupakan tanda epilepsi ringan.

Retardasi Mental
Kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tidaklah disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit maupun cedera otak. Ada 4 tipe retardasi mental :
Ringan                  IQ = 55-70
Moderat              IQ = 40-54
Berat                   IQ = 25-39
Parah                   IQ = <25

Penyebab :
a.   Faktor Genetik, bentuk paling umum adalah Down Syndrome dan Fragile X Syndrome.
b.   Kerusakan otak.

      Gangguan Bicara dan Bahasa
      Masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan berbicara), dan problem bahasa. Sekitar seperlima anak yang menerima pendidikan khusus punya masalah bahasa atau problem bicara.
      Gangguan Artikulasi : Problem pengucapan suara secara benar.
      Gangguan Suara : Ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
      Gangguan Kefasihan : Seperti gagap.
      Gangguan bahasa : Merusak ekspresif anak.
      Bahasa Reseptif : Kesulitan menerima dan memahami bahasa dan informasi.
      Bahasa Ekspresif : Sulit untuk untuk memberi tanggapan atau mengekspresikan pendapatnya.
Mengatasi Permasalahan Yang Ada Dalam Pendidikan Anak Yang Berkebutuhan Khusus
Untuk mengatasi permasalahan pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus,maka telah disediakan berbagai bentuk layanan pendidikann (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya. Namun kondisi dan karekteristik kelainan anak yang disandang anak yang berkebutuhan khusus, maka sekolah bagi mereka di rancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

Sekolah Luar Biasa (SLB)
Yaitu sekolah yang di rancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan.
Di Indonesia kita mengenal bermacam-macam SLB,antara lain:
- SLB bagian A (Khusus untuk anak Tuna netra)
- SLB bagian B (Khusus untuk anak Tuna rungu)
- SLB bagian C (Khusus untuk anak Tuna grahita)
Dalam satu unit SLB biasanya terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD,SMP, Hingga lanjutan.

Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Yaitu bentuk persekolahan (layanan pendidikan) bagi anak berkebutuhan khusus hanya satu jenjang pendidikan SD. Selain itu siswa SDLB tidak hanya terdiri dari satu jenis kelainan saja, tetapi bias dari berbagai jenis kelainan. Misalkan dalam satu unit SDLB dapat menerima siswa tuna netra,tuna rungu,tuna daksa,bahkan siswa autis.


Daftar Pustaka :
Santrock, John W. 2010. PSIKOLOGI PENDIDIKAN, Edisi Kedua, Cetakan Ke-3. Jakarta:Kencana
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
http://ayo-kita-belajar.blogspot.com/2011/02/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus.html


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Senin, 11 April 2011

Seberapa Penting Pendidikan Anak Usia Dini?

Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Seberapa Penting Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia?
Ya sangat penting, karena pada masa ini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian, sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berusia 4 tahun pertama, sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya.
Periode emas ini merupakan periode kritis bagi anak karena dimana perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode berikutnya, hingga masa dewasa. Masa emas ini hanya datang sekali!
Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Singkatnya, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Tidak bisa dipungkiri, pendidikan anak usia dini merupakan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini termasuk Indonesia.




Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO