Selasa, 08 Maret 2011

CERPEN


SAPU LIDI BAPAK

Bapak ribut lagi. Kali ini seisi rumah kena marah. Biasanya jika Bapak marah, hanya mengomel pada ibu. Hari ini semua menjadi sasaran luapan emosi Bapak. Bahkan adik Bapak yang baru tiba dari kota lain ikut merasakannya. Hasilnya Bunda Lin, adik bapak ikut bingung. Untunglah Ibu memberikan aba-aba untuk tidak bereaksi pada Bunda Lin. Meski sempat kulihat air muka Bunda Lin berubah.
Kakak menarik tangan Bunda Lin untuk menjelaskan sikap amarah Bapak itu. Aku melihat Bunda Lin tersenyum kecut. Beliau menggeleng-geleng kepala begitu tahu apa penyebab amarah Bapak. Akhirnya aku tertawa juga melihat ekspresi wajah Bunda Lin setelah mendengar penjelasan dari kakakku dengan tawa yang tertahan. Aku khawatir kalau amarah bapak akan semakin melunjak. Seisi rumah dibuat sibuk karena Bapak. Terlebih Ibu. Ia meminta kami semua untuk ambil peduli dengan sikap marah Bapak itu.
“Mungkin Bapakmu ada kelainan?” Aku memutar arah badan tepat menghadap arah Sam.
“Maksudmu?”
“Maaf,” Sepertinya Sam membaca raut dan komentarku melalui nada tinggi yang kulemparkan padanya barusan tadi.
“Mungkin kamu perlu bicara dengan Bapak dari hati ke hati.”
Sam meralat kalimantnya. Sepertinya Ia takut aku marah jika dia berkomentar soal ini. Salahku juga mengapa harus bercerita pada Sam.
Sam berusaha mengejar langkahku. Aku berpikir keras saran dari Sam. Berbicara dengan Bapak. Rasanya itu hal yang paling sulit untuk aku lakukan. Rasanya masih mungkin untuk berbicara dengan presiden daripada Bapak. Begitu kata Kak Aya padaku. Kak Aya tentu punya alasan jelas untuk ini. Ia merasa sangat terganggu dengan sikap-sikap Bapak. Dan lagi, Bapak adalah orang yang paling sulit untuk diajak bicara.
Semuanya hanya karena sapu lidi. Entah mengapa benda itu menjadi begitu keramat di rumah ini. Bahkan Ibu sepertinya sudah terkena virus Bapak. Ibu akan memindahkan sapu lidi Bapak pada posisi yang aman. Ibu mewanti-wanti kami untuk tidak memindahkan sapu lidi itu pada tempat lain. Sapu lidi itu memiliki posisi amannya sendiri. Lemari baru di ruang keluarga menjadi rumah bagi sapu lidi Bapak. Bapak menaruh sapu lidi itu di salah satu bagian lemari baru itu. Mulanya ibu terlihat keberatan, tapi tampaknya Ibu tak ingin ribut dengan Bapak hanya karena persoalan sapu lidi semata.
“Masih banyak yang perlu dibicarakan.” Komentar Ibu akibat aku keberatan dengan sikap beliau yang sudah berlebihan menurutku.
“Sapu lidi itukan bisa diletakan di atas lemari dapur, Bu,” Alin protes. Lemari baru yang mungil itu adalah hasil jerih payahnya. Ia sudah merencanakan jauh-jauh hari untuk menghadiahkan Ibu sesuatu. Maka Ia berjuang keras untuk membelikan Ibu dengan gajinya setelah setahun menabung. Sejak Ia diterima bekerja pada perusahaan yang diimpikannya.
Sapu lidi itu terlihat jelas dari kaca lemari yang dibelikan Alin. Alin pernah memindahkannya di bagian lain lemari tepatnya di laci bawah. Bapak marah pada Alin. Ia minta Alin untuk mengembalikan sapu lidi pada tempat semula. Bapak menaruh sapu lidi tersebut di tempat itu agar Ia bisa dengan mudah melihat kalau sapu lidi itu hilang.
Alin jengkel. Asli. Ia seperti tak tahu harus bagaimana menjelaskan itu pada Bapak.
“Sudahlah Alin. Ibu mengucapkan terima kasih kamu sudah membelikan Ibu lemari ini.”
Alin hanya diam. Ia jengkel Ibu tidak membelanya ketika Ia berseberang pendapat dengan Bapak.
“Berarti lemari itu kan sudah milik ibu. Benarkan?”
Alin meremas ujung bajunya.
“Ibu tidak keberatan kok kalau Bapak meletakan sapu lidi di lemari yang kamu belikan.”
Sempurna sudah jengkel Alin. Ia seperti tak punya kuasa pada sapu lidi itu.
***
Aku kembali menceritakan soal ini pada Sam. Sam tertawa lebar.
“Sam!”
Aku tak senang dengan tawa Sam itu. Sam bukannya berhenti tertawa. Tawanya malah semakin menjadi-jadi hingga memancing tatapan aneh orang-orang yang tak jauh duduk tak jauh dari kami di kafe gedung pasca sarjana itu.
“Sam!”
Aku kembali mengingatkan dia.
Di antara sela tawanya, Sam melihatku.
“Aku punya ide.” Pesona mata Sam seperti menyakinkanku jika idenya itu jitu.
“Apa idemu?” Selidikku.
“Bagaimana jika Aku bercerita pada Bapakku.” Lugas kalimat itu keluar dari bibir Sam.
Teh botol itu keluar dalam bentuk batuk. Aku buru-buru menarik tissue di atas meja kafe itu.
“Gila, kamu!”
Aku tidak setuju dengan ide itu. Terbayang wajah ibu, jika Sam benar-benar menceritakan soal sapu lidi itu pada calon mertuaku nantinya. Juga komentar-komentar yang tak terbayang-akan Aku terima dari keluarga Sam. Mereka akan tertawa dan bahkan membatalkan rencana pernikahan yang akan diadakan dua bulan lagi. Aku tidak bisa membayangkan jika itu harus menjadi bagian nasibku. Ah tidak. Paranoidku kambuh. Itu konyol. Hanya karena sapu lidi.
Namun kutumpahkan juga tentang kekhawatiranku dengan Sam jika keluarganya ikut tahu masalah ini dan berakhir dengan seperti yang Aku pikirkan. Aku menunduk. Mengalihkan diri dari tatapan Sam. Aku menunggu reaksinya.
Sam kembali tertawa. Jengkelku berlipat. Sam seperti tak memaklumi kekhawatiranku.
“Sepele banget!” Yang mau menikah itu kan aku sama kamu.” Sahut Sam tegas.
***
Suara Bapak terdengar hingga ke garasi rumah. Kuletakan sandal pada tempatnya dan segera menyusul ke dalam. Bapak ribut lagi. Setelah sekian lama tak ada masalah yang timbul karena sapu lidi, siang ini Bapak merasa kehilangan. Sapu lidi itu tak ada di tempatnya. Tak ada satu pun yang tahu kemana sapu lidi tersebut. Juga Ibu. Bapak menginterogasi seisi rumah. Semua tak tahu menahu soal benda kesayangan Bapak itu.
Bapak meninggalkan kami. Hingga menjelang shalat ashar, Bapak belum juga pulang.
“Bapak masih di masjid.”
Ibu memberitahukan kami semuanya. Tak ada satupun yang berkomentar. Semoga amarah Bapak reda sekembali pulang dari masjid.
Rahmat, abang tertuaku, dibuat kaget dengan kabar itu. Si Abang sudah lama tidak tahu tentang cerita sapu lidi itu. Suaraku naik beberapa oktaf menceritakan betapa marahnya aku akibat sapu lidi yang sangat menganggu seisi rumah. Aku mengumpulkan tenaga untuk bercerita pada si abang. Nafasku naik turun, hampir-hampir saja aku menangis.
“Darimana sapu lidi itu?”
Aku menggeleng masih dengan dada yang begitu penuh dengan emosi yang kusimpan.
“Kamu tidak tahu darimana sapu lidi itu?”
“Tidak juga, Ibu. Kalau abang tidak percaya tanya aja sama Ibu.”
Di sudut rumah ibu saja mencoba mencari benda kesayangan bapak itu. Tumpukan koran dipindahkannya satu persatu. Ibu sepertinya ingin memastikan kalau sapu lidi ada di sana atau tidak.
Di seberang kota sana, Bang Rahmat masih setia mendengar ceritaku. Emosiku sempurna berkurang. Paling tidak aku sudah menceritakan pada si abang. Walaupun abangku itu sempat juga meledekku soal sapu lidi itu ketika aku menceritakan tentang kecemasanku karena sapu lidi itu berdampak pada hubunganku dengan Sam.
Aku memintanya untuk memastikan, kalau anaknya Bang Rahmat tidak memindahkan sapu lidi Bapak itu. Siapa tahu Kaila, keponakanku itu mengambil sapu lidi Bapak. Siapa tahu? Kemarin dulu mereka menyempatkan untuk bermalam di sini. Kalimat itu terus berulang dengan intonasi yang sama. Ya siapa tahu jawab suara di ujung telepon sana.
 Suara pesan melalui telepon genggamku membuat percakapanku dengan Bang Rahmat terputus.
Dari Sam.
Ada perkembangan baru soal sapu lidi itu?
Aku mengukir senyum di bibir. Kesal bertambah geli begitu membaca pesan dari Sam.
 Tidak ada. Tapi aku hanya ingin cerita sapu lidi segera berakhir dari rumah ini.***


Cut Rafyqa Fadhilah
101301005
Pertanyaannya : Kemanakah sapu lidinya? Dan hikmah apa saja yang bisa kita petik dari cerpen di atas? Share yah teman-teman. Ditunggu commentnya makasi semua:)



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

30 komentar:

Tota Fierda Ria Angelina Simbolon mengatakan...

kemana ya???
sepertinya kaila yang mengambil sapu lidi bapak,,

hem,,
aku dapat hikmah dari posting ini,,
segala sesutu itu g perlu di pandang dengan kecemasan,,,

like this,,,,

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

heheh..jwbn na akan aku ksh tw kalo uda 10 org yg comment..mksi Tota:)
Icut stuju dgn pendapat Tota:)
dibawa enjoy aja yah gk?hehehh

Riri Amaliah mengatakan...

ad kata paranoid ...
hnya gra" sapu lidi ..
sluruh rumah geger ...
ayah perlu membuang tu sapu ,jadi gak ad lgi keributan ,,
n ibu ug gak iko"tan emosi ...
cerpen unik ...

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Riri : Mksi yah syggg :) Ada benarnya pendapat kmu Ri, kdng kita hrs mengalah & tdk egois demi kenyaman org lain & kebaikan bsma, good job ri :)

10029 Liliyana Sari mengatakan...

Aku jd penasaran kemana sapu lidinya menghilang . Sebuah teka-teki yang menarik utk dipecahkan . Ada proses kognitif juga di sini :)

Hmmm tapi skrg aku belum bsa nebak .
Mgkn ntar kalo udah kepikiran, bru komen lg .
hehehe :D

Nice posting :)

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Lili: No problem darl :) Mnrt lili apa hikmah yg bisa diambil dari cerpen di atas?heheh

sRi RiZki AmanDa mengatakan...

wess... keren juga thuw cud.. tapi maaf lagi gag sanggup nebak teka-teki...
cuma kalau hiknah dari riin, kita dakam mengahadapi masalah jgn panik, trus usahakan mengecilkan masalah yang besar, dan menghilangkan masalah yang kecil.. kalau masalah yang gag perlu dibesar2kan, untuk appah ribut satu rumah??
makasi ...

jgn lupa komen punya riin....
horror tour....!!!

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Ririn : Yupzz that's right :) Jd kita prlu kekompakan dlm sbuah kluarga.Bagus kali rin. Mksi sygg :*

Fauziah Nami mengatakan...

hmmmmmm .................
kemana yaa sapu lidinya ...
diambil jin mungkin ,
hhahahahahaha

kalau menurut gii sih hikmahnya,
kalau ada masalah gak perlu dibesar-besarin ,
gag perlu cemas yang berlebihan
bawa santai aja ..
gak mungkin juga hanya gara-gara sapu lidi pernikahan seseorang dibatalin ...
yaa gak ?
hhehehe

Khairunisa Pri Utami mengatakan...

sapu lidi,,,, sapu nenek sihir donk...
hehhehehehe
besok2 buat lagi ya cerpennya cut,, :)

Putri Jewel mengatakan...

ckckckckck

cerpenna bagus....
^_^

10010 Rosa Mentari Putri mengatakan...

sapu nya diambil harry potter x.
bwt dijadiin sapu terbang :D

kl hikmah nya, ak setuju sm komen tmn2 diatas.
be patient :)

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Anggi : Hahahah..iaa btol itu jgn membsar2kan..Yupz apa lg utk batalin prnikahan na.. Thanks Anggi :**

Nissa : ahahahha iaa syggg mksi :)

Putri : mksi yahh sai:)

Rossa : hehe ada-ada aja Harry Potter..yupz be patient. Thanks Ocha :)

Siti Jamilah mengatakan...

panjang y ceritanya..?hadooooh..
capek bacanya.haha..

Karin Natalia Ambarita mengatakan...

Baguss cuttt.......'
I LIKE IT

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Mila : ahahhaha biarin ;p

Karin : Thanks sai :)

Rizqi Chairiyah mengatakan...

cucud , aku setuju mha komen riri ,mha anggi . :)
BAPAKnya itu gaboleh egoistis .
werww .
:@

aku mw tau ,dmana sapu lidinyh . :(
hahahaha ..

10020 Febri Inka Mandasari mengatakan...

bagus banget cut cerpennya...

febri ga tw loh cut sk nulis juga.....

lanjutkan ya cut....

i like it....

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Kiki : ahahhah mksii yaa sygg :* mnta ma Harry Potter aja yah sai heheh

Febri : heheh byk sih cerpen icut..dl ska bgt nulis, skrg mls;) Mksi sygg :*

Anonim mengatakan...

SLB!
(sapu lidi bapak)maksudnya,,
hehe
Nice post!
Mari berkomentar..

Anisah Gayatri mengatakan...

nice cerpen cut, masa cuma gara2 kehilngan sapu lidi orng satu rumah kena semprot.

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Buana & Annisa : yupz..Thanks guys ;)

Khairunnisah mengatakan...

Cerpennya lucu cut..
Tp yg nisa heran knp si bapak takut bgd kehilangan sapu lidinya??
Memang ada apa dengan sapu lidinya??

Kalo masalah tebak-tebakannya sih kayaknya si bapak yang lupa tarok sapunya dimana..hhehe

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Nissa : heheh..iaa si bpk kan pnya masa lalu gtu dgn sapu lidinya.. hihihi...mksi yahh sygg uda comment :)

Tika Ramadhani Fitri mengatakan...

hahhahaha..
bgs jg cuttt..

jgan lipa komen pny ak ya...

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

Thanks tik..uda buk:)

zuhrati10069 mengatakan...

oo cutkak . lon galak that ngon nyoe . haha .
lon bri jempol beuh .
jempol jaroe ngon aki .
kwkwk

#unsubtitle -_-

10.011ichsan mengatakan...

hmmm
ihsan tau...
jawabannya di kasi tau ntar ya...
hehehe
bagus ceritanya..

Cut Rafyqa Fadhilah mengatakan...

desi & iksan : ahahahha awas yahh xan hehe,,thanks uda comment sai;)

Siti Jamilah mengatakan...

ide yg bagus buat cerpen yg panjang ni.haha..
ganti nama laa jdi cerpan..
:p

Posting Komentar