Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam Anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki Anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Siapakah Anak Yang Menderita Ketidakmampuan Itu?
Gangguan Indra
a. Gangguan Penglihatan. Beberapa murid mengalami problem penglihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. Tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (berupa sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik.
b. Gangguan Pendengaran. Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan di luar kelas reguler. Pendekatan ini terdiri dari dua kategor pendekatan pendidikan dalam membantu anak yang mempunyai masalah pendengaran, yaitu: pendekatan oral, dengan menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading, dan lainnya; pendekatan manual adlah pendekatan dengan bahasa isyarat dan pengejaan jari (finger spelling).
Gangguan Fisik
a. Gangguan Ortopedik, biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurrang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan ini bisa disebabkan oleh problem prenatal, maupun perinatal (menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit maupun kecelakaan saat anak-anak. Dengan bantuan alat adaptif dan teknoloogi pengobatan, anak dengan gangguan ini bisa berfungsi noromal dikelas (Boyles & Contadino, 1997).
b. Cerebral Palsy, gangguan berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umunya adalah kekurangan oksigen saat kelahiran. Komputer bisa membantu proses belajar anak yang terkena gangguan ini (Keyboard, dan pena dengan cahaya sebagi pointer). Synthesizer suara dan ucapan, papan komunikasii, serta peralatan talking notes dan page turners dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi.
c. Gangguan Kejang-kejang. Epilepsi merupakan jenis gangguan lyang paling sering ditemukan, dimana gangguan syaraf yang ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor (kejang-kejang). Disekolah guru harus lebih memberi perhatian kepada murid-muridnya. Seorang anak yang banyak melamun bisa jadi merupakan tanda epilepsi ringan.
Retardasi Mental
Kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ dibawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tidaklah disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit maupun cedera otak. Ada 4 tipe retardasi mental :
Ringan IQ = 55-70
Moderat IQ = 40-54
Berat IQ = 25-39
Parah IQ = <25
Penyebab :
a. Faktor Genetik, bentuk paling umum adalah Down Syndrome dan Fragile X Syndrome.
b. Kerusakan otak.
Gangguan Bicara dan Bahasa
Masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan berbicara), dan problem bahasa. Sekitar seperlima anak yang menerima pendidikan khusus punya masalah bahasa atau problem bicara.
Gangguan Artikulasi : Problem pengucapan suara secara benar.
Gangguan Suara : Ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu rendah.
Gangguan Kefasihan : Seperti gagap.
Gangguan bahasa : Merusak ekspresif anak.
Bahasa Reseptif : Kesulitan menerima dan memahami bahasa dan informasi.
Bahasa Ekspresif : Sulit untuk untuk memberi tanggapan atau mengekspresikan pendapatnya.
Mengatasi Permasalahan Yang Ada Dalam Pendidikan Anak Yang Berkebutuhan Khusus
Untuk mengatasi permasalahan pendidikan bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus,maka telah disediakan berbagai bentuk layanan pendidikann (sekolah) bagi mereka. Pada dasarnya sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus sama dengan sekolah anak-anak pada umumnya. Namun kondisi dan karekteristik kelainan anak yang disandang anak yang berkebutuhan khusus, maka sekolah bagi mereka di rancang secara khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik kelainannya. Sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Yaitu sekolah yang di rancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan.
Di Indonesia kita mengenal bermacam-macam SLB,antara lain:
Di Indonesia kita mengenal bermacam-macam SLB,antara lain:
- SLB bagian A (Khusus untuk anak Tuna netra)
- SLB bagian B (Khusus untuk anak Tuna rungu)
- SLB bagian C (Khusus untuk anak Tuna grahita)
Dalam satu unit SLB biasanya terdapat berbagai jenjang pendidikan mulai dari SD,SMP, Hingga lanjutan.
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Yaitu bentuk persekolahan (layanan pendidikan) bagi anak berkebutuhan khusus hanya satu jenjang pendidikan SD. Selain itu siswa SDLB tidak hanya terdiri dari satu jenis kelainan saja, tetapi bias dari berbagai jenis kelainan. Misalkan dalam satu unit SDLB dapat menerima siswa tuna netra,tuna rungu,tuna daksa,bahkan siswa autis.
Daftar Pustaka :
Santrock, John W. 2010. PSIKOLOGI PENDIDIKAN, Edisi Kedua, Cetakan Ke-3. Jakarta:Kencana
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
http://ayo-kita-belajar.blogspot.com/2011/02/pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus.html
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar